Halaman

Saturday, 1 October 2022

Jauh Bertepi

Keesokkan harinya setelah percakapan itu aku pergi. Seperti hilang arah , aku tidak mengenal semua tempat yang ku lalui. Hanya ada tangan ( dokter bian ) ini yang kupercaya membawa ku kesatu tujuan.

" Bian,,,, kita mau kemana?? Aku rasa dari tadi mobil kamu melaju sangat cepat. Apa kita masih ada dikota yang sama ?? "

" Tidak ra, saya akan bawa kamu kesatu desa. Jadi saya ditugaskan untuk kedesa itu dari rumah sakit tempat saya kerja dan tadinya kamu akan ditangani oleh dokter lain tapi saya tau Ra, sangat sulit untuk dapet keyakinan atau sekedar menumbukan rasa semangat kamu untuk sembuh atas luka dirimu dan luka hati mu. Makanya saya meminta izin kepada orang tua mu untuk membawa mu ketempat saya dinas " penjelasan bian dengan nada sangat lembut.

Jadi aku akan tinggal disana ? Berdua disana ?? Satu rumah ?? Kamu gila yahh.. mana mungkin bisa ??? Kita balik aja. Aku tidak mau!!! ( Suara aku yang lantang )

Tenang Ra, tenang .. saya jelasin dulu 

"Ya kamu akan tinggal Disana selama setahun, tapi kamu tenang aja Ra. Saya udah sewa 2 rumah yang berdekatan . 1 Untuk kamu dan 1 untuk saya. Disana pun ada temen saya seorang psikiater yang lebih dulu tinggal Disana "

( menjelaskan sambil tertawa kecil )

Akhirnya aku terdiam. Selang satu jam dari pembicaraan kita , mobil ini berhenti.

" Sudah sampai ya ?? "

" Belum Ra, kita turun dulu yuk .. kita makan. Saya lapar kamu juga kan Ra." ( Suara meledek karna sempat mendengar suara perut razenia berbunyi )

" Kamu duduk sini ya Ra . Saya mau pesan makanan dulu" ( membawa ke tempat duduk yang kosong )

Ketika ku menunggu bian pesan makanan. Seperti ada seseorang mendekat kepada ku walau pandanganku gelap. Aku yakin ada yg mendekat.

" Mah,, mah ,,, liatin deh cewe itu ( menunjuk kearah ku ). Dia membuka matanya tapi kenapa seperti tidak melihat?" Kata Anak kecil yang baru saja melintas menuju 2 kursi dibelakang aku.

" Kayaknya dia buta ( tidak melihat ). Kasihan ya nak. Dia tidak bisa aktifitas seperti kita. Dia kalau mau aktivitas pasti harus dibantu orang lain " ( suara ibu itu kecil namun tetap terdengar )

" Ra. Saya pesankan kamu ayam bakar. Kamu suka kan ?? Ra ,,,, hey kok. Kamu nangis ?? " Suara datar berubah menjadi cemas 

" Aku mau makan dimobil aja. Antar aku ke mobil bian "

Bian menuntun razenia kedalam mobil.

" Ra,, tunggu ya saya ambil pesanan kita dulu "

Cemas dengan razenia , bian pun cepat cepat ambil makanan itu kemudian masuk kembali kedalam mobil.

" Ini Ra makanan kamu. Kamu kenapa Ra. Saya ada salah ?? " Tanya bian 

" Kita makan dulu aja ya Bian "

Makan itu rasanya enak namun menjadi hambar karna omongan ibu tadi terus ada difikiran ku. 

Setelah sekitar 20 menit kita berhenti makan. Sekarang mobil ini melaju kembali dengan kecepatan normal. Selama perjalanan aku hanya diam. Sesekali menghapus tetesan air mata yang jatuh 

" Ra, dari tadi saya melihat kamu terus menangis. Apa ada yang mau kamu ceritain ke saya. Mungkin saya punya solusinya atau kalau pun tidak , setidaknya kamu tidak merasa sedih sendiri. Saya bisa menjadi pendengar yang baik kok Ra " ( bian memulai obrolan )

" Tadi selama kamu memesan makanan. Ada anak kecil yang bertanya kepada ibunya kenapa aku. Dan ibunya jawab bahwa aku buta namun kalimat setelahnya adalah kasihan ya nak, harus bergantung kepada orang lain " ( razenia aseinea )

Mendengar apa yang diucapkan razenia. Bian pun tahu bahwa ia sangat kecewa terhadap keadaannya saat ini.

" Ra ( memegang tangan razenia ), saya tahu kamu gadis yang kuat. Jangan lama lama Ra sedihnya. Banyak yang ingin selalu liat senyum dan ketawa mu Ra " ( Bian frutradra )

Mendengar kalimat itu ...

" Terimakasih kamu sangat peduli pada ku " ( sambil tersenyum razenia bicara )

Aku rasa sudah malam.bertanya ke Bian ternyata pukul 22.50. dan ternyata benar sudah malam , salama diperjalanan aku banyak mendengarkan lagu yang diputarkan Bian. Sesekali menyanyi bareng. setelah 15 menit sejak ku bertanya mobil ini berhenti 

" Ra , kita sudah sampai. Tapi sebelum kamu turun. Pake ini ya ( memakaikan jaket Levis yang ada di bangku belakang ) karna diluar sangat dingin "

Aku tidak pernah membayangkan akan diperlakukan sepeduli ini bahkan dibukan pintu dan selalu merangkul untuk menuntun ku.

" Dokter Bian. Sudah sampai mari mari ( suara yang menyambut kami ) sebentar saya ambilkan kunci rumahnya dulu ya "

" Siapa itu Bian ? " Tanya ku 

" Itu yang punya rumah Ra " jawabnya 

" dokter... Ini kuncinya untuk dokter dan ini buat kamu nak razenia. Ibu udah bantu bersihin rumahnya supaya kalian sampai bisa langsung istirahat " ( ibu itu bicara sambil memegang tangan ku )

" Ibu tahu aku ??? " 

" Iya nak,, ibu tahu sejak awal dokter Bian direncanakan untuk tugas disini. Ibu banyak komunikasi dengannya makanya ibu tau sedikit tentang kamu nak. Ohh ya kamu boleh panggil ibu  ' Bu Nia ' . Yasudah ini sudah larut malam , kalian masuk , bersih bersih kemudian istirahat ya "

Kita pun sangat terima kasih sama Bu Nia atas sambutan Ampe membantu kami membersihkan rumah yang kami sewa.

" Ra .. ini rumah kamu saya ajak kamu mengenal dulu ya ( rangkulan Bian menuntun aku dari pintu depan hingga kedalam ). Oke Ra , kamu tidak apa apa saya tinggal sendiri ? "  Bian memastikan 

" Iya, terimakasih ya Bian " (sambil  mengangguk pelan )

Setelah Bian pergi , aku mulai menutup pintu dan kunci pintunya. Namun ternyata ingatan ku tentang denah rumah ini tidak begitu baik sehabis aku membersihkan muka dan pakaian ku. Aku tidak menemukan pintu kamar. Seolah berputar ditempat yang sama akhirnya aku tak sengaja menjatuhkan sebuah benda dari meja makan. Sakit ,,, sakit sekali rasanya tapi aku tidak memperdulikannya. Aku kembali mencoba berjalan,meraba apapun yang ada sampai aku memegang pintu kamar. Aku masuk lalu mencoba istirahat walau kaki ku sakit sekali.



Sebelumnya